UTEROTONICA

Adalah Obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi uterus. Uterotonica juga disebut dengan oksitosika.
Keuntungan  dari pemberian uterotonika adalah untuk mengurangi pendarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta.
Indikasi dari uterotonica yang sering digunakan adalah
l      Induksi partus aterm dan mempercepat persalinan pada kasus-kasus tertentu
Ø       Dalam hal ini oksitosin merupakan obat terpilih. Pada keadaan ini oksitosin diberikan secara infus.
Ø       Prostaglandin harus digunakan dengan kewaspadaan yang sama dengan oksitosin. Kelebihan prostaglandin adalah dapat merangsang kontraksi uterus pada setiap umur kelahiran. Prostaglandin telah digunakan pada banyak kasus dalam mengakhiri kehamilan dengan missed abortion, kehamilan intrauterin, ketuban pecah dini dan kehamilan mola.
l      Mengontrol perdarahan pascapersalinan
Penggunaan rutin uterotonica setelah partus, dewasa ini sudah tidak dibenarkan lagi. Apabila diputuskan untuk memberikan uterotonika untuk mengontrol perdarahan pasca persalinan, maka harus dipastikan bahwa tidak ada kehamilan ganda dan baru diberikan setelah plasenta keluar.
l      Abortus teraupetik
Abortus teraupetik pada kehamilan trisemester I, biasanya dilakukan dengan suction curretage. Belum ada obat yang efektif untuk menginduksi abortus pada stadium ini. Oksitosin 20-30 unit tidak efektif untuk terminasi kehamilan muda. Prostaglandin cukup efektif untuk menimbulkan abortus pada trisemester ke II. Untuk kasus yang disertai dengan penyakit jantung, paru-paru, ginjal, hati, asma, hipertensi, anemia dan epilepsi, pemberian PG perlu dipertimbangkan.
l      Uji oksitosin
Uji ini dilakukan terutama pada kehamilan dengan resiko tinggi misalnya diabetes militus dan pre-eklampsia dan biasanya dilaksanakan pada minggu terakhir sebelum persalinan dan penderita harus dirawat. Oksitsosin diberikan per infuse dengan kecepatan mula-mula 0.5 miliunit/menit, kemudian dosis ditingkatkan perlahan-lahan sampai tercapai kontraksi uterus tiap 3-4 menit. Hasil positif jika terjadi pengurangan denyut jantung janin yang terlambat pada setiap kontraksi dengan kekuatan sama. Hasil negatif biasanya benar tetapi hasil positif salah pada sepertiganya. Jadi sebelum tindakan diambil harus dipertimbangkann faktor-faktor lain.
l      Menghilangkan pembengkakan payudara
Pada gangguan ejeksi susu, oksitosin dapat menolong. Biasanya diberikan intranasal 2-3 menit sebelum anak menyusu. Hasil pada tiap penderita tidak sama. Bila efektif rasa nyeri akan hilang. Oksitosin tidak berefek galaktopoetik oleh karena itu tidak berguna bagi penderita yang air susunya kurang.
l      Pengahambat motilitas uterus
Beberapa indikasi klinik penggunaan toksolitik adalah (1) mencegah persalinan prematur pada kasus-kasus tertentu dan (2) memperlambat atau menghentikan persalinan untuk sesaat guna memperoleh terapi yang sesuai.
Beberapa macam obat yang bermanfaat dalam uterotonica dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
1.     Ergot alkaloid dan derivatnya
Berdasarkan efek dan struktur kimianya alkaloid ergot dibagi menjadi 3 kelompok :
*       alkaloid asam amino dan prototip ergotamin
*       derivat dihidro alkaloid asam amino dengan prototip dihirdoergotamin
*       alkaloid amin dengan prototip ergonovin (ergometrin)

Farmakodinamik
Semua alkaloid Ergot meningkatkan kontraksi uterus dengan nyata. Efeknya sebanding dengan besarnya dosis yang diberikan. Dosis kecil menyebabkan peninggian amplitudo dan frekuensi, kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar menimbulkan kontraksi tetanik, dan peninggian tonus otot dalam keadaan istirahat. Dosis yang sangat besar menimbulkan kontraksi yang berlangsung lama. Kepekaaan uterus terhadap alkaloid Ergot sangat bervariasi, tergantung maturitas dan umur kehamilan.
Efek berbagai senyawa alkaloid ergot
Golongan
Vasokontriski dan kerusakan endotel
Oksitosik (uterotonika)
Penghambat adrenoseptor-α
Alkaloid asam amino
dan prototip ergotamin
Sangat aktif, terutama ergotamine
Sangat aktif, bekerja lambat dan tidak efekti per oral
Aktif
Dihidrogenasi alkaloid asam amino dengan prototip dihirdoergotamin
Kurang aktif daripada golongan 1
Aktif terhadap uterus wanita hamil
Lebih aktif daripada golongan 1
Alkaloid amin dengan prototip ergonovin (ergometrin)
Sangat kurang aktif
Sangat aktif, bekerja cepat, efektif pada pemberian oral
Tidak aktif
Indikasi utamanya  pada periode setelah melahirkan adalah :
1.     Keluarnya plasenta yang diperlambat
2.     Perdarahan setelah plasenta keluar
3.     Pembendungan pengeluaran darah pada waktu haid
4.     Kurangnya pembentukan kembali uterus pada nifas

EX : Metergin
*     Pengertian
Merupakan alkaloid ergot
*     Mekanisme / cara kerja
o        Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala III.
o        Menstimulssi otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
o        Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan terjadi efek oksitosuk pada kandungan mature.

*     Cara pakai dan dosis
o        Oral mulai kerja setelah sepuluh menit
o        Injeksi intravena mulai kerja 40 detik
o        IM mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping lebih sedikit.
*     Dosis :
o        Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
o        IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2 – 4 jam bila perdarahan hebat.

2.     Oksitosin dan ekstrak hipofisis posterior
Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar mama. Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat.
Sensitivitas uterus terhadap oksitosin meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan.
Oksitosin ada di asam amnio peptida sembilan yang disintesa pada syaraf hipotalamus dan dialirkan ke akson dari Pituitary Posterior untuk disekresikan ke dalam darah. Oxytocin juga disekresikan ke dalam otak dan dari beberapa jaringan. Adapun fungsi dari Oksitosin adalah menstimulasi kontraksi otot halus kandungan sewaktu melahirkan.
Pada waktu akhir kehamilan, uterus harus berkontraksi secara hebat dan semakin lama agar janin keluar. Sepanjang tahap kehamilan selanjutnya, terjadi peningkatan yang besar pada reseptor Oksitosin pada sel otot halus kandungan, yang diasosiasikan dengan peningkatan iritabilitas dari uterus.
Oksitosin dilepaskan sepanjang masa melahirkan sewaktu janin menstimulasi leher rahim dan vagina. Dan hal itu meningkatkan kontraksi otot halus kandungan agar terjadi proses melahirkan.
Pada kasus dimana kontraksi tidak cukup agar terjadi kelahiran, dokter terkadang memberikan Oksitosin untuk menstimulasi lebih lanjut kontraksi kandungan- perhatian besar harus dilakukan pada beberapa situasi untuk memastikan janin keluar dengan baik dan mencegah pecahnya uterus.

Farmakologi
Oksitosin merangasang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Oksitosin menyebabkan pelepasan prostaglandin pada beberapa spesies.
Farmakokinetik
Oksitosin memberikan hasil baik pada pemberian parenteral. Pemberian oksitosin intranasal, meskipun kurang efisien lebih disukai daripada pemberian parenteral. Oksitosin diabsorbsi cepat melalui mukosa mulut dan bukal, sehingga memungkinkan oksitosin diberikan sebagai tablet hisap.
Waktu paruh oksitosin sangat singkat antara 12-17 menit. Penurunan kadar plasma sebagian besar disebabkan ekskresi oleh ginjal dan hati.
Indikasi pada oksitosin adalah :
·          Membantu memulai proses melahirkan pada pecah ketuban sebelum waktunya, keluar plasenta sebelum waktunya, pre eklamsia, eklamsia serta pada transfusi
·          Selama proses melahirkan pada kelemahan kontraksi
·          Untuk kontraksi uterus setelah operasi caesar
·          Dalam periode setelah melahirkan untuk mengeluarkan plasenta dan mengurangi hilangnya darah

Mekanisme Ejeksi susu oleh Oksitosin
Hormon Prolaktin
Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu.
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya.
Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, pada muara saluran ASI.
Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang
diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi.
Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.
Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat  daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI.
Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara. Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar.
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini sangat penting bagi bayi.
Zat Penghambat
Produksi ASI juga dikendalikan di dalam payudara itu sendiri. Bila dalam satu payudara ada banyak ASI yang tertinggal, maka zat penghambat akan memerintahkan sel-sel pembuat susu untuk berhenti bekerja. Penghentian ini diperlukan untuk mencegah payudara yang bersangkutan mengalami efek kepenuhan.
Tetesan oksitosin
Tetesan oksitosin pada persalinan adalah pemberian oksitosin secara tetes melalui infus dengan tujuan menimbulkan atau memperkuat his (persalinan) :
Indikasi pemberian oksitosin :
o        Mengakhiri kehamilan.
o        Memperkuat kontraksi rahim selama persalinan.
Kontraindikasi pemberian oksitosin : induksi persalinan.
Pemberian dosis sebagai suntikan intramuskular :
o        Untuk membantu proses melahirkan ½ maksimum 2 SI menurut kebutuhan dengan selang 30-60 menit,
o        Untuk stimulasi kontraksi ¼ - ½ SI
o        Dalam periode setelah proses melahirkan 3-10 SI
Efek samping :
Takhikardia dan keluhan seperti pada angina pektoris
Kontraindikasi :
Kejang kontraksi, toksikosis kehamilan yang parah, hambatan melahirkan secara mekanik, ruptur uterus yang berbahaya dan keluarnya plasenta sebelum waktunya.

Cara pemberian oksitosin :
Ø       Oksitosin tidak diberikan secara oral karena dirusak di dalam lambung oleh tripsin.
Ø       Oksitosin diberikan secara bucal, nasal spray, intramuskuler, dan intravena.
Ø       Pemberian oksitosin secara intravena (drips/tetesan) banyak digunakan karena
Ø       uterus dirangsang sedikit demi sedikit secara kontinyu dan bila perlu infus dapat
Ø       dihentikan segera.
Ø       Pemberian tetesan oksitosin harus dibawah pengawasan yang cermat dengan
Ø       pengamatan pada his dan denyut jantung janin.
Cara pemberian oksitosin dengan janin hidup :
o        5 IU oksitosin dalam 500ml dekstrose 5%. Ini berarti 2 tetesan mengandung 1 mIU.
o        Dosis awal 1-2 mIU (2-4 tetes) per menit.
o        Dosis dinaikkan 2 mIU (4 tetes) per menit setiap 30 menit.
o        Dosis maksimal 20-40 mIU (40-80 tetes) per menit.
Cara Pemberian oksitosin dengan janin mati :
Teknik I :
o        Menggunakan 500 cc ringer laktat (1 botol).
o        Mula-mula dipakai 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
o        Kecepatan tetesan 20 tetes per menit.
o        Bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 10 IU tiap 30 menit tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
o        Dosis tertinggi yang dipakai 140 IU.
o        Bila dengan jumlah cairan tersebut (500 cc ringer laktat) tidak berhasil maka
o        induksi dianggap gagal.
Tehnik II
Botol I:
o        Mulai dosis 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
o        Kecepatan 20 tetes per menit.
o        Bila tidak timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 10 IU setiap habis 100 CC tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
o        Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol I 50 IU oksitosin. Bila belum timbul kontraksi adekuat, langsung dilanjutkan dengan botol II.
Botol II :
o        Mulai dengan dosis 50 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
o        Bila belum timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 20 IU setiap habis 100 cc tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
o        Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol II adalah 130 IU oksitosin. Bila setelah ke-2 botol tersebut kontraksi belum adekuat, induksi dianggap gagal.
Untuk meningkatkan keberhasilan maka dianjurkan :
o        Pemasangan laminaria sebelumnya (dilatasi serviks).
o        Melakukan amniotomi (bila memungkinkan).
Tetesan oksitosin dosis rendah : persiapan maupun cara pemberian sama Dengan tetesan oksitosin dosis tinggi (teknik I), hanya disini dimulai dengan dosis oksitosin 5 IU dan bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 5 IU setiap 30 menit, maksimal 70 IU.
Bila ditemukan water intoxication dengan gejala-gejala seperti kebingungan, stuporous, kejang dan koma maka tindakan-tindakannya :
- Tetesan segera dihentikan.
- Mengusahakan diuresis secepat dan sebanyaak mungkin.
Sebelum melakukan pemberian tetesan oksitosin terutama pada janin mati perlu dilakukan pemeriksaan proses pembekuan darah.

EX : Oxitocyn
*         Pengertian
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang m,enyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran.
*         Mekanisme / cara kerja
Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
o     Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin
o     Konstriksi pembuluh darah umbilicus
o     Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI )
Oksitosin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik (ADH)* untuk menyebabkan :
o     Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik ) karena terjadinya vasodilatasi
o     Retensi air
Kerja oksitosin yang lain meliputi : kontraksi tuba falopi untuk membantu pengangkutan sperma, luteolitis (involusi korpus luteum); peranan neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat. Oksitosin disintesis dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Muylai dari usia kehamilan 32 minggu dan selanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula aktifitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya ( Hirst et al, 1993 ).
Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh :
o        Persalinan
o        Stimulasi serviks vagina atau parudara
o        Estrogen yang beredar dalam darah
o        Peningkatan osmolalitas / konsentrasi plasma
o        Volume carian yang rendah dalam sirkulasi darah
o        Sttres. Stres dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah refleks ejeksi fetus. Stres uyang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi produksi ASI.
Pelepasan oksitosin disupresi oleh :
o        Alcohol
o        Relaksin
o        Penurunan osmolalitas plasma
o        Voliume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah ( Graves, 1996 )
*     Indikasi
o        Oksitosik
o        mengurangi pembengkakan payudara
*     Efek samping
o        Spasme uterus (pada dosis rendah)
o        Hiper stimulasi uterus yang membahayan janin : kerusakan jaringan lunak / rupture uterus)
o        Keracunan cairan dan hiporatremia (pada dosis besar)
o        Mula, muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
o        Kontraksi pembuluh darah tali pusat
o        Kerja antidiuretik
o        Reaksi hipersensitifitas
*     Kontra indikasi
o        Kontraksi uterus hipertonik
o        Distress janin
o        Prematurisasi
o        Letak bayi tidak normal
o        Disporposi sepalo pelvis
o        Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
o        Obstruksi mekanik pada jalan lahir
o        Preeklamsi atau penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
o        Resistensi dan mersia uterus
o        Uterus yang starvasi
o        Gawat janin
*     Cara pakai dan dosis
Untuk induksi persalinan intravena 1-4 mU permenit dinaikkan menjadi 5-20 mU/ menit sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, 1satu tiupan
(puff) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui.

3.     Prostaglandin
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG) dan tempat kerjanya berbeda-beda, serta saling mengadakan interaksi dengan autakoid lain, neurotransmitor, hormon serta obat-obatan. Prostaglandin ditemukan pada ovarium, miometrim dan cairan menstrual dengan konsentrasi berbeda selama siklus haid. Pada kehamilan aterm/sewaktu persalinan, kadar PG meninggi dalam cairan amnion dan pembuluh umbilikus serta dijumpai pula di dalam peredaran darah ibu.
Pada manusia PG berperan penting dalam peristiwa persalinan. Berlainan dengan oksitosin, PG dapat merangsang terjadinya persalinan, pada setiap usia kehamilan. Pada saat  persalinan spontan, konsentrasi PG dalam darah perifer dan cairan amnion meningkat.
Farmakologi
Prostaglandin yang terdapat pada uterus, cairan menstrual dan cairan amnion adalah PGE dan PGF. Di bagian kebidanan penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF. Semua PGF merangsang kontraksi uterus baik hamil maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi jaringan uterus tidak hamil in vitro, tetapi memperlihatkan efek oskitosik lebih kuat dari PGE pada kehamilan trisemester kedua dan ketiga.
Prostaglandin terdapat merata di dalam miometrium dan bekerja secara sinergis dengan oksitosin terhadap kontraksi uterus. Sediaan kombinasi PG dan oksitosin tidak dianjurkan, karena dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptura uterus.
Indikasi Prostagalndin secara keseluruhan :
l      Membantu memulai proses melahirkan pada pecah ketuban sebelum waktunya, keluar plasenta sebelum waktunya, pre eklamsia, eklamsia serta pada transfusi
l      Selama proses melahirkan pada kelemahan kontraksi
l      Untuk kontraksi uterus setelah operasi caesar
l      Dalam periode setelah melahirkan untuk mengeluarkan plasenta dan mengurangi hilangnya darah
Ada 5 PG endogen berperan pada proses partus, yaitu :
Nama PG
Khasiat
Sediaan sintetik
PG.E1
Pematangan serviks
Misoprostol
PG.E2
Pematangan serviks, menambah stimulasi kontraksi uterus, mulai trisemester II
Dinoprostone
PG.I2
Memastikan aliran darah dari ibu ke janin, mempertahankan patensi ductus arteriosus

PG.I
Kontraksi uterus segala waktu. Saat haid kadar PG.I naik

PG.F2 α
Sama dengan PG.E

*       Dinoprostone (prostin E)
Dinoprostone adalah PGE2, dapat menginduksi kontraksi uterus pada setiap tahap kehamilan. Obat ini dipilih bila diinduksi partus diperlukan sedang serviks belum terbuka misalnya pada kematian janin atau ketuban pecah dini.
Dinoprostone bekerja dengan cara membuat servik menipis dan membuka dan  terus berkontraksi agar terjadi persalinan. 
Dinoprostone tersedia dalam bentuk supositoria vaginal 20 mg. Tablet ini harus disimpan pada suhu 200C. Obat harus ditaruh pada suhu kamar sebelum digunakan.

*       Sulproston (Nalador)
Derivat dinoproston. Digunakan untuk indikasi yang sama dengan prostaglandin yang berefek ositosik. Diberikan IM, IV atau lokal. Suntikan IM 3-4 kali 500 mg atau extra-amniotik 25, 50 atau 100 µg.
Indikasi
o        Memicu aborsi dalam kondisi patologis pada trisemester ke-2 dan ke-3 kehamilan dan memicu kelahiran pada kasus kematian janin dalam rahim.
o        Pengobatan perdarahan atonik setelah melahirkan.
Kontraindikasi
o        Asma bronkhial, bronkhitis spastik, sebelumnya ada kerusakan jantung(walaupun tanpa tanda-tanda dekompensasi), riwayat kasus penyakit pembuluh darah terutama pembuluh darah koroner, hipertensi berat, gangguan fungsi hati atau ginjal yang parah, diabetes terdekompensasi, kejang otak, glaukoma, tirotoksikosis, infeksi kandungan akut, kolitis ulseratif, ulkus ventrikular akut, anemia sel sabit, talasemia, penyakit umum yang serius, sebelumnya pernah mengalami bedah rahim.
o        Memicu kelahiran pada kasus anak yang aktif.


Efek Samping
o        Mual, muntah, kejang pada ulu hati (epigastrum) & mesogastrum, kadang-kadang terjadi diare, mengantuk, sakit kepala, reaksi penyempitan bronkhus, peningkatan tekanan pada sirkulasi paru, bradikardia dan atau penurunan tekanan darah, iskemia miokardial, gangguan ekskresi air & elektrolit.
o        Sensitifitas miometrium terhadap prostaglandin yang meningkat sejalan dengan bertambahanya usia kehamilan, & kasus-kasus tertentu ruptur uterin (rahim robek) pernah dilaporkan.
Dosis
o        Memicu pengakhiran kehamilan dalam kondisi patologis dan memicu kelahiran pada kasus kematian janin dalam rahim : 100 µg/hari secara infus intravena sampai selama 10 hari, maksimal 500 µg/hari.
o        Dosis total maksimal : 1500 µg.

*       Misoprostol (cytotec)
Indikasi utama dari misoprostol adalah untuk maag dan ulkus lambung dan dikontraindikasikan untuk wanita hamil, wanita yang sedang merencanakan kehamilan dan ibu yang menyusui.
Kegunaan di bidang obstertik
l      induksi persalinan, supaya wanita hamil berkontraksi. Hal ini misalnya dipakai pada serotinus (kehamilan lebih dari 42 minggu) dan belum ada tanda-tanda kelahiran.
l      untuk ibu hamil yang menderita diabetes mellitus. Dalam kondisi seperti ini, persalinan dibuat pada kehamilan 38-39 minggu, sebab kalau ditunggu sampai aterm (sampai keluar), ditakutkan anak besar dan terjadi kesulitan persalinan.
l      digunakan pada ibu hamil yang anaknya meninggal dalam kandungan, apalagi kalau bayi itu belum genap bulan, juga digunakan ibu yang mengandung bayi yang cacat, misalnya hydrocephalus, dan lainnya.

EX : Misoprostol
*     Pengertian
Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin E sintetik yang menghambat sekresi asam lambung dan menaikkan proteksi mukosa lambung.
*     Mekanisme / cara kerja
Setelah penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat dide-esterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.
Kadar puncak serum asam misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan.
*     Indikasi
o        oksitosik
o        menstimulus kontraksi uterus
*     Efek samping
o        Dapat menyebabkan kontraksi uterin
o        Diare dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam 14-40 % pasien dengan AINS yang menerima 800µg / hari. Diare biasanya akan membaik dalam kurang lebih satu minggu terapi. Wanita-wanita yang menggunaklan misoprostol kadang-kadang mengalami gangguan ginekologi termasuk kram atau perdarahan vaginal.
*     Kontra indikasi
Untuk proteksi GI, misoprostol dikontraindikasikan pada kehamilan karena resiko aborsi. Pasien-pasien harus diberi tahu untuk tidak memberikan misoprostol kepada orang lain. Pasien-pasien yang menerima terapiu jangka lama AINSS untuk reumotoid arthritis, misoprostol 200µg qid lebih baik daripada antagonis reseptor H2 atau sukralfat dalam mencegah gastric ulcer yang induksinya oleh AINS. Walaupun demikian misoprostol tidak menghilangkan nyeri G1 atau rasa tidak enak yang dihubungkan dengan pengunaan AINS.
*     Cara pakai dan dosis
Peroral untuk proteksi GI selalma terapi AINS : 200 µgqid. Diberikan bersama makanan, jika dosis ini tidak ditilerir : 100µg qid dapat digunakan. Bentuk sediaan : tablet 100,200µg. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi dengan diklofenak.

Perbedaan antar uterotonika

Alkaloid ergot (methyl ergometrin)
Oksitosin
prostaglandin
Cara kerja
reseptor a (kontraksi uterus)
Reseptor oksitosin
(kontraksi uterus)
percepat pematangan dan pembukaan servik
Efek samping
Ggn kardiovaskuler
Ruptur
Intoksikasi air
Glaukoma, gangguan hati dan ginjal