"BALADA" SUPPOSITORIA

Aku adalah suppositoria
Orang bilang bentukku seperti peluru
Aku tidak dimakan, tapi biasanya aku dipakai secara per rektal atau per vaginam
Oleh dokter aku dipakai untuk mengobati berbagai macam penyakit
Kalau demam, susah buang air besar dan sakit ambien biasanya aku dipakai secara per rektal
Kalau ada keluhan yg berhubungan dengan masalah kewanitaan aku dipakai secara per vaginam
Karena bentukku seperti peluru, kalo aku mau dipakai setengah, perawat atau bidan akan memotongku secara melintang
Kalo aku dipotongnya tdk melintang, sisaku yg setengah tdk bisa dipakai lagi, karena ujung pelurunya sdh dipake
Sebelum dipakai aku disimpan dikulkas dengan suhu 5-150C biar aku g meleleh dan lembek

Dibawah ini adalah cara pemakaianku
  • Kalo untuk per rektal, sebelum dipake buka dulu bungkusku
  • Licinkan ujung suppositoria dengan mencelupkannya dalam air dingin atau basahi daerah rectal dengan air dingin
  • Berbaringlah miring. Kaki yg dibawah tarik kebelakang sedangkan kaki yg atas tekuk ke depan sampai perut
  • Masukkan suppositoria dengan ujung yg membulat didpn jari sampai melewati otot spincher kira-kira 1-2.5 cm pada anak-anak dan 2.5 cm pada dewasa
  • Tetaplah berbaring selama kurang lebih 15 menit
  • Usahakan agar tidak buang air besar selam 1 jam setelah pemberian obat
Kalo untuk per vaginam  
  • Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
  • Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas  sublimat.
  • Tidurlah dalam posisi dorsal  recumbert.
  • Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
  • Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
  • Tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
Aku juga bisa dipakai dirumah lo…bukan hanya dipakai dengan bantuan perawat atau bidan..

AMINOGLIKOSIDA

Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa. Dengan adanya gugusan-amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam sulfanya yang digunakan dalam terapi mudah larut dalam air.

Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid pertama yang ditemukan adalah Streptomisin.

Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin, Netilmisin dan Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan oksigen)Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin, Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin, Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.

Penggolongan 
Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya sebagai berikut :
  • Streptomisin yang mengandung satu molekul gula-amino dalam molekulnya
  • Kanamisin dengan turunan amikasin, dibekasin, gentamisin, dan turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua molekul gula yang dihubungkan oleh sikloheksan
  • Neomisin, framisetin dan paramomisin dengan tiga gula-amino.
Mekanisme Kerja 
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom (Partikel-partikel kecil dalam protoplasma sel yang kaya akan RNA, tempat terjadinya sintesa protein) di dalam sel.  Proses transalasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan.

Penggunaan 
Streptomisin (dan kanamisin) hanya digunakan parenteral pada tuberkulosa, dikombinasikan dengan rifampicin, INH dan pirazinamid.
Gentamisin dan tobramisin sering digunakan bersamaan suatu penisilin atau sefalosporin pada infeksi dengan pseudomonas. Amikasin terutama dicadangkan untuk kasus pada mana terdapat resistensi bagi aminoglikosida lainnya.

Efek samping 
Semua aminoglikosida terutama pada penggunaan parentera dapat mengakibatkan kerusakan pada organ pendengaran dan keseimbangan (ototoksik) terutama pada lansia, akibat kerusakan pada saraf otak kedelapan. Gejalanya berupa vertigo, telinga berdenging (tinnitus), bahkan ketulian yang tidak reversibel.
Pada penggunaan oral dapat terjadi nausea, muntah dan diare, khususnya pada dosis tinggi.

Resistensi 
Resistensi dapat terjadi agak pesat akibat terbentuknya enzim yang merombak struktur antibiotikum. Informasi genetis bagi enzim-enzim itu dapat ”ditulari” melalui plasmid, hingga resistensi dapat menjalar ke kuman lain.
Streptomisin dan kanamisin paling sering mengalami resistensi, amikasin paling jarang. Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara kronik; misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut. Resistensi terhadap Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.

Sediaan dari Aminoglikosid 
Sediaan dari Aminoglikosid dapat dibagi dalam dua kelompok :
  • Sediaan Aminoglikosid sistemik untuk pemberian IM atau IV yaitu Amikasin, Gentamisin, Kanamisin dan Streptomisin
  • Sediaan Aminoglikosid topikal terdiri dari Aminosidin, Kanamisin, Neomisin, Gentamisin dan Streptomisin. Dalam kelompok topikal termasuk juga semua Aminoglikosid yang diberikan per oral untuk mendapatkan efek lokal dalam lumen saluran cerna.
Sediaan Aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai garam sulfat. 

Kehamilan dan Laktasi 
Aminoglikosida dapat melewati plasenta dan merusak ginjal serta menimbulkan ketulian pada bayi. Maka tidak dianjurkan selama kehamilan. Obat-obat ini mencapai air susu ibu dalam jumlah kecil dan pada hakekatnya dapat diberikan selama laktasi.

RACUN KOSMETIK

Wanita memang sering dikiaskan sebagai racun dunia. Banyak novelis dan pengarang lagu (The changchuters misalnya) menebarkan istilah racun dunia bagi wanita cantik yang suka membuat lelaki dimabuk cinta. Terlepas dari kiasan, sesungguhnya kosmata1.jpgwanita kerap menggunakan "racun" untuk meningkatkan penampilannya? Bagaimana bisa?

Hal ini bisa dilihat dari  semakin banyak wanita menggunakan  berbagai kosmetik untuk mempercantik diri. Walau senang menggunakan, banyak yang tidak sadar bahwa kosmetik itu pada dasarnya merupakan racikan yang dibuat dari campuran berbilang-bilang zat kimia yang di antaranya  bisa berpengaruh terhadap kesehatan.

Bila rajin menggunakan kosmetik setiap hari, tentulah tubuh wanita gencar terpapar zat-zat kimia yang tak jarang merupakan racun bagi tubuh. Efek zat-zat kimia  tadi boleh jadi bisa muncul seketika dan bisa juga berdampak secara perlahan lewat perubahan perangai sel-sel tubuh , perubahan reaksi immun tubuh, maupun timbulnya penyakit-penyakit baru. Jika melihat data banyaknya zat kimia yang secara harian dikonsumsi wanita, terutama yang rakus menggunakan kosmetik dan obat pelangsing tubuh, boleh jadi banyak zat kimia yang  buruk bagi kesehatan merasuk ke dalam tubuhnya.kosbi.jpg Baik yang berasal dari bedak, shampo, cleansing cream, lipstick hingga zat pelangsing tubuh.

Menurut riset dari Bionsen, produsen deodorant natural, rata-rata setiap harinya seorang wanita (negara maju) bergelimang 515 zat kimia lewat kosmetik yang dipakainya. Diantara zat kimia yang banyak dipakai adalah paraben (ethylparaben, butylparaben, and propylparaben). Keluarga paraben ini adalah zat pengawet yang sering terdapat pada body wash, deodorant, dan pelbagai cream wajah dan badan. Penggunaan paraben masih menuai kontroversi, karena sebagian ahli menganggap zat ini aman dipakai dan sebagian lagi menganggap dapat memicu kanker payudara bila digunakan secara berlebihan dalam waktu panjang (beberapa penelitian menemukan paraben pada tumor payudara).

Terlepas dari aman atau tidaknya zat-zat kimia tersebut pada tubuh, berikut kami lampirkan jumlah zat kimia yang terdapat pada kosmetik, dan zat kimia mana yang berpotensi menimbulkan efek samping. Zat-zat tersebut lazimnya tertera pada kemasan kosmetik. Tak ada salahnya jika anda mengintip kandungan kimia pada kemasannya, termasuk juga kosmetik dengan bahan tradisional yang bercitra modern.

EYE SHADOW:
Umumnya terdapat 26 Zat kimia. Yang menjadi sorotan adalah polythylene terephthalate karena sering dikaitkan dengan kanker, infertilitas, gangguan hormonal, dan kerusakan organ.

BODY LOTION:
Tercatat 32 zat kimia yang biasa terdapat pada body lotion. Di antaranya methyl paraben, propyl paraben dan polyethylene glycol. Kemungkinan efek samping: ruam kulit, iritasi dan gangguan hormonal.

PARFUM: Terdapat 250 zat kimia pada parfum. Yang agak berbahaya Benzaldehyde. Kemungkinan efek samping: iritasi pada mata, mulut dan kerongkongan; muntah dan kemungkinan berkaitan dengan kerusakan ginjal.

SHAMPO: Rata-rata terdapat  15 zat kimia pada shampo. Di antaranya sodium lauryl sulphate, tetrasodium dan propylene glycol. Kemungkinan efek samping: iritasi  mata (kalau kena mata, lho)

FAKE TAN:
Terdapat 22 zat kimia pada fake tan, di antaranya ethyl paraben, methyl paraben dan propyl paraben. Kemungkinan efek samping: ruam kulit, iritasi dan gangguan hormonal.

HAIRSPRAY:Rata-rata terdapat 11 zat kimia pada hairspray. Yang perlu diperhatikan adalah octinoxate dan isophthalate. Kemungkin efek samping: alergi,   iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan;  serta  gangguan hormonal.

FOUNDATION:
Rata-rata terdapat 24 zat kimia pada foundation.  Zat yang perlu diwaspadai: polymethyl metacrylate. Kemungkinan efek samping: alergi, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan kemungkinan penyebab kanker.

BLUSHER: Rata-rata  ada 11 zat kimia pada blusher. Yang perlu diperhatikn adalah methyl paraben, ethyl paraben dan propyl paraben. Kemungkinan efek samping: ruam, iritasi, dan gangguan hormonal.

LIPSTIK:Rata-rata terdapat 33 zat kimia pada lipstik. Yang perlu diwaspadai adalah methacrylate. Kemungkinan efek samping: alergi dan pemicu kanker.

NAIL VARNISH:
Rata-rata terdapat  31 zat kimia pada pewarna kuku ini. Phthalates adalah zat kimia yang perlu diwaspadai karena berkaitan dengan isyu infertilitas dan  perkembangan janin.

DEODORAN:
Umumnya deodoran mengandung 15 zat kimia. Zat yang perlu diwaspadai adalah isopropyl myristate dan "parfum". Kemungkinan efek samping: iritasi pada kulit, mata, dan paru-paru; pusing dan problema pernafasan

(apotekputer.com)

PENTINGNYA MENCUCI TANGAN

Anak anda sering bermain dengan tanah atau batu? Ia senang bermain di tempat-tempat yang kurang bersih seperti selokan? Bila jawabannya ya, mungkin anda termasuk orang tua yang sering merasa khawatir dengan “kuman-kuman” yang ada di tempat bermainnya itu. Anda merasa khawatir bahwa kuman-kuman tersebut dapat menyebabkan anak anda sakit.
Anda mungkin sering sekali melarangnya untuk bermain di tempat-tempat semacam itu, tetapi anak anda tetap saja bermain di tempat kesukaannya itu. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit selain dengan larangan seperti diatas yaitu dengan Kuman-kuman, seperti bakteri atau virus, dapat disebarkan melalui beberapa cara, yaitu:
-          melalui air atau makanan yang sudah terkontaminasi
-          melalui droplet atau percikan yang dikeluarkan saat batuk atau bersin
-          melalui tangan yang kotor yang sudah terkontaminasi
-          melalui benda-benda lain yang sudah terkontaminasi
-          melalui cairan tubuh seperti darah milik orang lain yang sakit

Jika misalnya tangan anak anda terkena kuman yang berasal dari salah satu sumber seperti yang telah disebutkan di atas, maka ia dapat terinfeksi oleh kuman tersebut hanya dengan menyentuhkan tangannya ke mata, hidung atau mulutnya. Infeksi kuman tersebut merupakan tahap awal timbulnya penyakit.

Dengan mencuci tangan, penyebaran kuman-kuman yang ada di tangannya tadi dapat dicegah. Banyak penyakit antara lain influenza, diare, atau bahkan hepatitis A, dapat dicegah dengan cara sederhana seperti mencuci tangan.

Bagaimana Cara Mencuci Tangan Yang Benar
Berikut ini adalah cara-cara sederhana mencuci tangan yang benar. Ajari anak anda cara berikut ini dan lakukan hal ini dengan teratur. Akan lebih baik lagi bila anda mau mencuci tangan bersama anak beberapa kali dalam sehari agar anak anda dapat belajar betapa pentingnya mencuci tangan itu.
  1. Cucilah tangan anda dengan air mengalir, kalau bisa dengan air hangat karena air hangat lebih baik dari pada air dingin untuk membunuh kuman.
  2. Gunakan sabun dan kemudian gosok tangan dengan sabun sampai berbusa sampai sekitar 10 atau 15 detik. Pastikan daerah-daerah seperti sela-sela jari dan di bawah kuku  juga ikut dibersihkan. Bersihkan sampai ke pergelangan tangan.
  3. Bilaslah tangan, kemudian keringkan dengan baik menggunakan handuk.
 Jika anak anda terlihat segan mencuci tangannya, cobalah cara berikut:
-       Sediakan sabun berwarna-warni atau sabun dengan bentuk-bentuk khusus atau sabun dengan aroma yang disukai oleh anak.
-      Anda dan anak anda dapat bersama-sama menyanyikan lagu kesukaan anak anda selama mencuci tangan.

Untuk mengurangi penyebaran kuman-kuman di rumah anda biasakan mencuci tangan, terutama:
-          sebelum makan dan masak
-          setelah menggunakan kamar mandi
-          setelah bersih-bersih di rumah
-          setelah menyentuh hewan, termasuk hewan peliharaan
-          setelah mengunjungi atau merawat keluarga atau kerabat yang sakit
-          setelah membersihkan hidung, batuk atau bersin
-          saat kembali ke rumah setelah bermain, berkebun, bekerja atau yang lainnya

Jangan sepelekan “keampuhan” kebiasaan mencuci tangan ini. Kebiasaan sederhana ini dapat menghindarkan anda dan keluarga anda dari penyakit.

(cfs/kidshealth.org)

ESTROGEN DAN PROGESTERON

Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Hormon sebagian bertanggungjawab dalam perkembangan organ seks yang normal. Hormon juga yang memulai seseorang mengalami pubertas dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual.


Efek hormon seks secara umum pada tubuh manusia:
  1. Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan  bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh  feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).
  2. Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati meski ada faktor luar yang bisa menyebabkan hal ini.
  3. Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ  seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).
Setiap cewe dan cowo memproduksi hormone seks yang sama yaitu estrogen,progesterone dan androgen, hanya jumlah hormone yang dihasilkannya lah yang berbeda.
Pada cewe, dari sekian banyak hormon, yang memegang peranan penting adalah hormon estrogen – progesteron (khusus cewe) dan androgen. Dalam tubuh cewe, jumlah estrogen dan progesteron lebih dominan dibanding jumlah androgen (hormon cowo), sebaliknya untuk cowo, hormon andorgen (testosteron) lebih dominan dibanding hormon estrogen dan progesteron.

Fungsi Estrogen (hormon seks cewe) yang umumnya diproduksi oleh rahim yakni :
  1. Merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder.
  2. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi.
  3. Menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang melembabkan vagina.
  4. Mereka juga membantu untuk menjaga tekstur dan fungsi payudara wanita.
  5. Mencegah gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas didaerah tubuh bagian atas dan gangguan mood)
  6. Mempertahankan fungsi otak.
  7. Mengatur pola distribusi lemak di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang  feminine
  8. Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan (kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).
  9. Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur normal kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan kencang serta mampu  menahan air.
  10. Produksi sel pigmen kulit
  11. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui. Namun, kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan ereksi, pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.
Adapun fungsi dari hormon Progesteron: 
  1. Mengatur siklus haid.
  2. Mengembangkan jaringan payudara.
  3. Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.
  4. Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.
 Fungsi Hormon Androgen (hormon cowo) didalam tubuh cewe: 
  1. Merangsang dorongan seksual.
  2. Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel darah merah.

Hormon kadang menjadi biang keladi berbagai masalah didalam tubuh cewe jika dalam kondisi tidak seimbang, misalnya;
  1. siklus haid yang tidak teratur.
  2. Nyeri mestruasi yang berlebihan setiap hari
  3. Keputihan terus menerus lebih dari 1 minggu
  4. Obesitas atau terlalu kurus
  5. Rambut mudah rontok
  6. Tumor jinak dan tumor ganas payudara
  7. Tumor di organ reproduksi (kista, kanker rahim)
  8. Gangguan kesuburan
  9. Jerawat yang tumbuh di wajah.
  10. Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat pubertas.
  11. Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang menerimanya saat dialirkan oleh darah.
Penyebab dari ketidakseimbangan hormon-hormon tadi adalah sebagai berikut ;
  1. Kebiasaan hidup pasif dan tidak banyak bergerak (sedentary life style)
  2. Gemar melahap banyak makanan yang sangat tidak menyehatkan, dengan sendirinya juga membuat hormon tidak seimbang. Akumulasi lemak dalam tubuh menyebabkan hormon tidak seimbang, sehingga membuat sulit untuk menyingkirkan semua ekstra lemak yang ada.
  3. Hal yang sama juga berlaku bila Anda terlalu berlebih dalam bekerja dan kurang istirahat. Kimia tubuh kita menjadi terganggu.
  4. Management stres kurang baik.
  5. Wanita yang mengonsumsi pil KB tanpa pengawasan medis paling rentan mengalami ketidakseimbangan hormon. Ini karena tubuh dipaksa mengikuti siklus hormon yang sudah diresepkan, dan bukannya membiarkan tubuh mengaturnya secara alami.
  6. Demikian halnya dengan kehamilan, beberapa ketidakseimbangan hormon bisa jadi muncul, termasuk hipertiroidisme dan diabetes gestasional.
  7. Usia senja juga menjadi faktor terpenting kenapa hormon menjadi tidak seimbang, baik pada wanita maupun pria.
Apabila mengalami gejal-gejala seperti diatas selain konsultasi ke dokter maka penangananya antara lain :
  1. Menerapkan gaya hidup seperti olahraga teratur
  2. Diet menu lengkap dan seimbang
  3. Pola tidur yang teratur dan cukup.

IMUNISASI

Pengertian

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.

Macam Kekebalan

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :
  1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance), yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
  2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :

a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA.
b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)
  • Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif.
  • Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit.
  • Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekebalan

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan trauma.
  1. Umur, untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah terserang.  Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
  2. Seks, untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan difteria lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.
  3. Kehamilan, wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
  4. Gizi, gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
  5. Trauma, stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tententu.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi didalam diri orang sampai dengan munculnya gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Tiap-tiap penyakit infeksi mempunyai masa inkubasi berbeda-beda, mulai dari beberapa jam sampai beberapa tahun.
Jenis-Jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu :
  1. Imunisasi Pasif (Pasive Immunization), imunisasi pasif ini adalah immunoglobulin. Jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak).
  2. Imunisasi Aktif (Active Immunization), imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi tetanus toksoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan. Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).
Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun). Berikut ini adalah Jenis-jenis imunisasi pada balita :
  1. Imunisasi BCG, vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
  2. Imunisasi DPT, imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
  3. Imunisasi DT, imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Setiap orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus, dengan dua dosis diberikan paling tidak berjarak empat minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga 12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.
  4. Imunisasi Campak, imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.
  5. Imunisasi MMR, imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
  6. Imunisasi Hib, imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya radang selaput otak (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda. Penyakit ini sangat berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup serius. Misalnya kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax.
  7. Imunisasi Varisella, imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
  8. Imunisasi HBV, imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah individu yang dalam pekerjaannya kerap terpapar darah atau produk darah, klien dan staf dari institusi pendidikan orang cacat, pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat di mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat suntik, homoseksual/biseksual aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena penyakit menular seksual, fasilitas penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di mana endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosis dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).
  9. Imunisasi Pneumokokus Konjugata, imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
  10. Tipa, imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada imunisasi ini tidak terdapat efek samping.
  11. Hepatitis A, penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang yang berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mereka yang sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempunyai prevalensi tinggi hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan hewan primata terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.
Kondisi Dimana Imunisasi Tidak Dapat Diberikan atau Imunisasi Boleh Ditunda:
  • Sakit berat dan akut
  • Demam tinggi
  • Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
  • Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral, MMR, BCG, Cacar Air).
  • Alergi terhadap telur à  hindari imunisasi influenza

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ORAL


A.    Prosedur
Persiapan:
Pasien dan keluarga :
·        Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat
Alat-alat :
·        Obat-obatan yang akan diberikan
·        Mangkok atau sendok obat atau pipet
·        Daftar pemberian obat
·        Air minum (air putih) dan -bila perlu- sedotan
·        Perlak dan alasnya, bila perlu.
·        Penggerus obat, bila perlu.
Lingkungan : perhatikan privasi pasien
Perawat      : mencuci tangan

B.     Pelaksanaan
1.       Periksa kembali daftar obat pasien
2.       Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama pada tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
3.       3Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat (memanggil dengan nama lengkap, misalnya ”ny sri hastuti” jgn ”ny sri” saja)
4.       Memberikan obat satu persatu pada pasien sambil menunggu pasien selesai minum obat, dengan menjelaskan kegunaan obat dan cara memakan obat sesuai jenis obat, misalnya pasien dianjurkan untuk langsung menelan obat atau obat dikunyah dulu, atau obat dihisap pelan-pelan atau obat diletakkan dibawah lidah, setelah selesai beri pasien air minum, kalau perlu.
5.       Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
6.       Mengobservasi keadaan umum pasien
7.       Mencuci tangan.
8.       Membuat catatan keperawatan

Yang harus diperhatikan
1.       Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek samping obat.
2.       Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
3.       Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya, misalnya :
a.          Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah dan menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara selama obat belum larut seluruhnya.
b.         Pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan obat yang telah ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur.
c.          Pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien makan dan minum, sehingga pemberian obat efektif.
4.       Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan serta memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah dilakukan informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, menandatangani surat penolakan.
5.       Bila pasien tidak kooperatif, pemberian obat oral dapat melibatkan keluarga.



Roseola Infantum

Roseola Infantum

"Roseola" kalo pertama kali kt dgr pasti dikira nama bunga tapi setelah kita tau ternyata ini nama penyakit lho...

Roseola Infantum merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan pada balita dan anak dari usia 6 bulan
sampai 3 tahun sehingga disebut infantum, penyakit ini disebabkan oleh virus Herpesvirus 6 dan 7.
Roseola infantum disebut juga sixth disease yang menggambarkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit ke-6 yang menunjukkan adanya tanda dan gejala kemerahan pada anak yang hampir sama. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
  • First disease          : Campak
  • Second disease      : Penyakit Duke
  • Third disease         : Campak Jerman
  • Fourth disease       : Penyakit Scarlet
  • Fifth diseose          : Eritema Infeksiosum
  • Sixth disease         : Roseola Infantum
Virus  roseola infantum ini disebarkan melalui percikan ludah penderita. Masa inkubasi (masa dari mulai terinfeksi sampai timbulnya gejala) adalah sekitar 5-15 hari. Biasanya penyakit ini berlangsung selama 1 minggu.

Penyakit ini sempat membuat para ibu khawatir dan cemas berlebihan, karena pada awalnya (fase prodromal) anak ini mengalami panas tinggi 39,4-40,6° Celsius.
Selain itu bisa juga terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di belakang kepala, leher sebelah samping dan di belakang telinga. Limpa juga agak membesar.
Pada hari keempat infeksi, demam biasanya mulai turun.
Sekitar 30% anak memiliki ruam (kemerahan di kulit), yang mendatar maupun menonjol, terutama di dada dan perut dan kadang menyebar ke wajah, lengan dan tungkai.
Ruam ini tidak menimbulkan rasa gatal dan berlangsung selama beberapa jam sampai 2 hari.
Inilah yang menyebabkan Roseola terkadang salah didiagnosis sebagai campak atau campak jerman karena gambaran dan perjalanan penyakit yang hampir mirip dengan kedua penyakit tersebut.
Disinilah yang harus diperhatikan, pada roseola infantum ruam ini muncul setelah demam reda. Sedangkan pada campak, ruam ini muncul saat penderita masih demam.

Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Roseola Infantum pada bayi cukup khas. Perjalanan penyakit tersebut adalah:
Demam
Pada awal penyakit timbul demam. Demam biasanya tinggi (>39°C) yang berlangsung sekitar 3 hari dan terkadang disertai dengan badan lemah. Bayi dapat terlihat baik-baik saja walaupun demamnya tinggi.
Ruam kemerahan
Setelah demam turun, timbul ruam kemerahan di seluruh tubuh; terutama di daerah sekitar leher dan dada (bedakan dengan campak; ruam timbul ketika anak masih demam). Warnanya kemerahan seperti mawar sehingga disebut dengan roseola (rose artinya bunga mawar). Ruam tersebut tidak akan berubah menjadi nanah atau timbul cairan, serta tidak gatal, dan biasanya akan menghilang dalam waktu 1-2 hari.
Komplikasi yang terjadi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada roseola infantum adalah kejang demam (5-15%). Sekitar sepertiga kasus kejang demam pada bayi didahului. Komplikasi lainnya berupa radang selaput otak (meningitis), radang otak (ensefalitis), atau hepatitis, tetapi sangat jarang terjadi.

Pengobatan
  • Karena penyakit ini disebabkan oleh virus, maka pengobatan dengan antibiotik tidak diperlukan. Terapi pada kasus ini hanyalah untuk menurunkan demamnya. Pemberian asetaminofen atau parasetamol atau ibuprofen relatif aman untuk menurunkan demam. Sedangkan, pemberian aspirin pada anak-anak sangat tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan sindroma Reye.
  • Selain dengan pengobatan untuk membantu agar suhu turun sebaiknya anak dikompres dengan menggunakan handuk atau lap yang telah dibasahi dengan air hangat (suam-suam kuku).  Dan jangan menggunakan es batu, air dingin, alkohol maupun kipas angin.
  • Usahakan agar anak minum banyak air putih, larutan elektrolit atau kaldu.
  • Selama demam, sebaiknya anak menjalani tirah baring.
  • Bila anak mengalami kejang demam, segera hubungi rumah sakit atau dokter terdekat untuk penanganan kejang. Intinya, jangan panik dan tetap tenang.
  • Jika penyakit ini terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan rendah, maka dokter sering memberikan obat antiviral supaya tidak bertambah parah.

Kesimpulan
  • Penyakit roseola infantum disebabkan oleh Herpesvirus 6 dan 7, dan umumnya merupakan penyakit yang ringan.
  • Penyakit khas diawali dengan timbulnya demam, lalu muncul kemerahan di seluruh tubuh ketika demam sudah turun.
  • Komplikasi yang mungkin terjadi adalah kejang demam, radang selaput otak (meningitis), radang otak (ensefalitis), atau hepatitis.
  • Penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari dengan pengobatan simtomatik.
 Semoga bermanfaat buat smua.........

PERESEPAN TIDAK RASIONAL

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya ketidak rasionalan dalam peresepan obat oleh dokter, hal tersebut tentu saja tidak pernah disadari oleh pasien yang berobat sehingga bisa menyebabkan pemakaian obat oleh pasien pun tidak semaksimal dari yang kita harapkan. Ada 5 bentuk peresepan yang tidak rasional yang perlu kita ketahui :

  1. Peresepan boros (Extravagant Prescribing), yaitu peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal, padahal ada alternatif obat yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Termasuk disini adalah peresepan yang terlalu berorientasi ke pengobatan simptomatik hingga mengurangi alokasi obat yang lebih vital contoh pemakaian obat antidiare yang berlebihan dapat menurunkan alokasi untuk oralit yang notabene lebih vital untuk menurunkan mortalitas.
  2. Peresepan berlebihan (over prescribing), yaitu peresepan yang jumlah, dosis dan lama pemberian obat melebihi ketentuan - serta peresepan obat-obat yang secara medik tidak atau kurang diperlukan.
  3. Peresepan yang salah (Incorrect Prescribing), yaitu pemakaian obat untuk indikasi yang salah, obat yang tidak tepat, cara pemakaian salah, mengkombinasi dua atau lebih macam obat yang tak bisa dicampurkan secara farmasetik dan terapetik; serta pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi  penderita secara menyeluruh. 
  4. Peresepan majemuk (multiple prescribing), yaitu pemberian dua atau lebih kombinasi obat yang sebenarnya cukup hanya diberikan obat tunggal saja. Termasuk disini adalah pengobatan terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utamanya.
  5. Peresepan kurang (Under Prescribing), terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis obat tidak cukup, dan lama pemberian obat terlalu pendek waktunya.

Vaginitis & Vulvitis

DEFINISI 
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina.
Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).
Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina.  


PENYEBAB
 
Penyebabnya bisa berupa:
1.      Infeksi
·         Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
·       Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik
·         Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
·         Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
2.      Zat atau benda yang bersifat iritatif
·          Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
·          Sabun cuci dan pelembut pakaian
·          Deodoran
·          Zat di dalam air mandi
·          Pembilas vagina
·          Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
·          Tinja
3.      Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4.      Terapi penyinaran
5.      Obat-obatan
6.      Perubahan hormonal. 

GEJALA 
1. 1.  Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina.
·         Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri.
·       Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.
2.    Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis.
·       Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
·          Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
3.  Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina.
·        Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju.
·        Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.
4.   Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.
·          Gatal-gatalnya sangat hebat.
5.   Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
6.    Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual.
7.    Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain).
8.      Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses.
9.      Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis.
10.  Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.  

DIAGNOSA 
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina.
Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebabnya.
Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan Pap smear.
Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan. 

PENGOBATAN
 
1.  Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan.
2.    Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya.
3.   Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya.
4.   Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air.Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.
5.   Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
6.   Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri.
7.    Pada infeksi meular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
8.  Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisadiberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina. 

Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis
Jenis infeksi Pengobatan
1.      Jamur Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria)
2.      Fluconazole atau ketoconazole (tablet)
3.      Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina) atau metronidazole (tablet).
4.      Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan ceftriaxon & tablet doxicyclin
5.      Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
6.      Trikomonas Metronidazole (tablet)
7.      Virus papiloma manusia (kutil genitalis) Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan ke kutil) 
8.      Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep) 
9.      Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin).
10.  Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
11.  Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet).
12.  Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes.
13.  Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.





Kandidiasis

DEFINISI 
Kandidiasis (Moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia.


PENYEBAB

Jamur Candida.
Penyebab utamanya adalah candida albicans, selain itu masih ada spesies candida lain, misalnya candida glabrata, C.tropicalis juga menyebabkan simptom vulvoganitis & resisten terhadap obat yang biasa dipakai.
Candida biasanya menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).
Kadang jamur ini menyusup ke jaringan yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat fatal. Infeksi yang lebih serius ini paling sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS atau penderita kanker yang menjalani kemoterapi). 
Candida adalah penghuni normal saluran pencernaan dan vagina yang biasanya tidak menimbulkan penyakit. 
Tetapi ada beberapa faktor resiko yang mendorong terjadinya infeksi oleh Candida:
Kelembaban dan kehangatan. 
Jika lingkungan sekitarnya menguntungkan (misalnya lembab atau hangat) atau jika terdapat gangguan sistem kekebalan, maka jamur bisa menginfeksi kulit.
Candida tumbuh dengan subur dalam suasana hangat dan lembab.
Pemakaian antibiotik. 
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik membunuh
bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak
terkendali.
Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ.
Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.
Kehamilan
Obesitas (kegemukan)
Diabetes

GEJALA
 
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang terkena:
Infeksi pada lipatan kulit (infeksi intertriginosa). 
Infeksi pada lipatan kulit atau pusar biasanya menyebabkan ruam kemerahan, yang seringkali disertai
adanya bercak-bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan.
Bisa timbul bisul-bisul kecil, terutama di tepian ruam dan ruam ini menimbulkan gatal atau rasa panas.
Ruam Candida di sekitar anus tampak kasar, berwarna merah atau putih dan terasa gatal.
Infeksi vagina (vulvovaginitis). 
Sering ditemukan pada wanita hamil, penderita diabetes atau pemakai antibiotik.
Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa panas, gatal dan
kemerahan disepanjang dinding dan daerah luar vagina.
Infeksi penis.
Sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra seksualnya menderita infeksi vagina.
Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang menimbulkan nyeri) pada bagian bawah
penis.
Thrush.
Merupakan infeksi jamur di dalam mulut. 
Bercak berwarna putih menempel pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak
ini bisa dilepas dengan mudah oleh jari tangan atau sendok.
Thrush pada dewasa bisa merupakan pertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat
diabetes atau AIDS.
Pemakaian antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya thrush.
Perléche.
Merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan dan sayatan kecil.
Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut
sehingga tumbuh jamur.
Paronikia. 
Candida tumbuh pada bantalan kuku, menyebabkan pembengkakan dan pembentukan nanah.
Kuku yang terinfeksi menjadi putih atau kuning dan terlepas dari jari tangan atau jari kaki. 


PENGOBATAN
  • Infeksi biasanya mudah diatasi dengan krim atau lotion. 
  • Untuk infeksi kulit, vagina dan penis biasanya digunakan krim nistatin selama 7-10 hari.
  • Untuk infeksi vagina dan anus juga tersedia obat dalam bentuk suppositoria (obat yang dimasukkan langsung ke dalam vagina atau anus).
  • Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada penderita thrush.
  • Untuk infeksi kulit kadang diberikan salep corticosteroid bersamaan dengan krim anti-jamur karena salep bisa mengurangi gatal dan nyeri (meskipun tidak membantu penyembuhan infeksinya sendiri).
  • Menjaga kulit tetap kering dapat membantu meredakan infeksi dan mencegah kembalinya jamur.
  • Bedak polos atau bedak yang mengandung nistatin bsia membantu menjaga agar kulit tetap kering.

ANTI JAMUR

Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea. For example, tinea pedis ('athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
Ada beberapa jenis obat-obatan antijamur
a.    Antijamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain :
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b.    Antijamur peroral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan.
itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh. Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada. example:
Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh
c.    Antijamur injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1.   Infeksi jamur sistemik
     - Amfoterisin B
     - Flusitosin
     - Ketokonazol
     - Itakonazol
     - Fluconazol
     - Kalium Iodida 
2.  Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)

AMFOTERISIN B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga  membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.
Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia.
Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.

Farmakokinetik
Absorbsi   : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang  diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.
Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah                                 yang diberikan.
Efek samping
  • Infus :  kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
  • 50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil.
  • Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
  • Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à  pemberian kalium.
  • Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama flusitosin.

Indikasi
  • Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.
  • Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
  • Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.

Sediaan 
  • Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk

Dosis
  • Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.
  • Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan

Flusitosin
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah mengalami fluorinasi

Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil

Farmakokinetik
  • Absorbsi    : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama                       makanan memperlambat penyerapan  tapi jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada  pemberian bersama suspensi alumunium               hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan neomisin.
  • Distribusi   :didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi                mendekati total cairan tubuh.
  • Ekskresi     : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500µg/ml.
  • Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.
  • Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada penderita insufisiensi ginjal.

Efek samping
  • Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
  • Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
  • Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali.
  • Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.

Indikasi
  • infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.
  • Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosis

Sediaan dan dosis 
  • Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg
  • Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.

Ketokonazol.
Mekanisme kerja 
  • Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran.
Farmakokinetik
  • Absorbsi          : diserap baik melalui saluran cerna dan  menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis  jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid.
  • Distribusi         : ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
  • Ekskresi           : Diduga ketokonazol diekskresikan   bersama cairan empedu ke lumen usus  dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.
Efek samping 
  • Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.
  • Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai
  • ESO jarang :  sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.
Indikasi
  • Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak.

Kehamilan dan laktasi
Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari  hewan coba tersebut.


Itrakonazol
Mekanisme kerja 
  • Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran
Farmakokinetik
  • Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.
  • Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).
Sediaan dan dosis
  • Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.
  • Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu
  • Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
  • Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
  • Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.
Efek samping
  • Kemerahan,
  • pruritus,
  • lesu,
  • pusing,
  • edema,
  • parestesia
  • 10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu dihentikan
Indikasi
  • Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.

Flukonazol
Farmakokinetik
  • Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung.
  • Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
  • Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.
Sediaan dan dosis
  • Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150mg.
  • Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
  • Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.
Efek samping
  • Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak
  • Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.
Indikasi
  • Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS.

Kalium Iodida
  • Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis

Efek samping
  • mual 
  • rinitis
  • salivasi
  • lakrimasi
  • rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
  • iritasi pada mata
  • sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu
DOSIS
  • Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml).
  • Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.
  • Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi

Anti jamur untuk infeksi topikal
  • Griseofulvin
  • Imidazol dan Triazol
  • Tolnaftat
  • Nistatin

Griseofulvin
  • Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis

Mekanisme Kerja
  • Griseofulvin à kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.
  • Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat.
Farmakokinetik
  • Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air. Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak
  • Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira 1 µg/ml setelah 4 jam.
  • Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin.
  • Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.
Efek samping
  • Leukopenia dan granulositopenia à menghilang bila terapi dilanjutkan.
  • Sakit kepala àkeluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan.
  • artralgia, neuritis perifer,  demam, pandangan mengabur, insomnia, berkurangnya kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, muntah, diare dan flatulensi.
  • Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili.
Indikasi
  • Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton.
Sediaan dan dosis
  • Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi mengandung 125 mg/ml.
  • Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari
  • Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.
  • Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi empat dan diberikan setiap 6 jam

Kontaindikasi
  • Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita penyakit liver karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati

IMIDAZOL DAN TRIAZOL
  • Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Yang termasuk kelompok ini ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol.

MIKONAZOL
  • Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil, mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik maupun jamur dermatofit.
Mekanisme Kerja 
  • Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas membran sel jamur meningkat
Farmakokinetik
  • Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik..
  • Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang baik ke dalam peritoneal dan cairan persendian.
  • Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah pula.
  • Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat aktif
Indikasi 
  • Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.
Efek samping 
  • Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi.
Sediaan dan dosis
  • Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak tabur yang digunakan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.
Indikasi
  • Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada malam hari untuk mendapatkan retensi selama 7 hari.
  • Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral.